Rabu, 19 Februari 2014

Nasihatilah Wanita Dengan Baik



Bismillahirrahmanirrahiim..

.“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu’Bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

“Saling Berpesanlah kalian untuk memperlakukan Wanita dengan Baik,“Karena sesungguhnya Wanita itu Diciptakan dari Tulang Rusuk,

“Dan Sesungguhnya yang paling bengkok dari tulang rusuk itu adalah bagian Atasnya,

”Jika engkau bersikeras untuk meluruskannya, Niscaya engkau akan mematahkannya. Dan jika engkau biarkan, ia akan tetap bengkok,

”Karenanya saling Berpesanlah (saling menasihati) Berkenan dengan Wanita.”(HR. Bukhari dan Muslim).

Wanita diciptakan dari tulang rusuk pria yang dekat dengan tangan untuk dibimbing dan dilindungi... dan dekat dengan hati untuk disayangi....

Wanita memiliki sifat dasar lemah lembut maka ketika ia melakukan kesalahan nasihatilah dengan lembut pula.

Jangan membentaknya apalagi dengan kekerasan fisik tentu nasihat sebanyak apapun akan sulit masuk ke hati. Hati hanya bisa disentuh oleh hati pula.

Maka sentuhlah hati wanita dengan nasihat bijak disertai kelembutan,niscaya ia tersentuh hatinya sehingga lambat laun menyadari kesalahannya...

"Shahabat Menangis Melihat Rasulullah saw"



Ketika 'Umar Ibn al-Khatthab ra menangis melihat bekas tikar di rusuk Rasulullah saw, Rasul pun bertanya, "Apa yang engkau tangiskan wahai Ibn al-Khatthab ?".
'Umar menjawab:
يَا نَبِيَّ اللَّهِ وَمَا لِي لَا أَبْكِي وَهَذَا الْحَصِيرُ قَدْ أَثَّرَ فِي جَنْبِكَ وَهَذِهِ خِزَانَتُكَ لَا أَرَى فِيهَا إِلَّا مَا أَرَى وَذَاكَ قَيْصَرُ وَكِسْرَى فِي الثِّمَارِ وَالْأَنْهَارِ وَأَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَصَفْوَتُهُ وَهَذِهِ خِزَانَتُكَ
"Wahai Nabi Allah ! Bagaimana saya tidak menangis, tikar kasar ini telah membekas di rusukmu dan beginilah keadaan gudangmu yang tak ada isinya melainkan apa yang aku lihat. Adapun kaisar dan kisra di sana, bergelimang buah-buahan dan sungai-sungai sedangkan engkau adalah Rasulullah saw dan manusia pilihan Allah, gudangmu cuma ini ?!
Rasulullah saw pun menjawab:
يَا ابْنَ الْخَطَّابِ أَلَا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ لَنَا الْآخِرَةُ وَلَهُمْ الدُّنْيَا
"Wahai Ibn al-Khattab, "tidakkah engkau ridha ? kita mendapatkan akhirat sedangkan mereka hanya dunia saja". (HR. Muslim)

Beginilah kedekatan hati shahabat dengan Rasul saw. Kondisi Rasul saw membuat mereka berlinang air mata.
Banyak orang hari ini meminta para ulama untuk hidup ala kadarnya dengan memahami sekelumit peristiwa ini tanpa melihat berapa banyak kendaraan Nabi saw dan tanpa membaca bahwa unta Nabi saw dinamai al-Qashwa' karena tidak tersusul oleh unta lain.
Kalaupun ada ulama yang hidup dalam kondisi berkekurangan seperti itu dan mereka tak mengeluh namun yang perlu dipertanyakan, "kenapa tidak ada di antara umat ini yang menangis pula seperti 'Umar ra ?".
Alangkah pilunya hati saya suatu hari ketika mendengar khabar seorang ustadz tergeletak di rumah sakit dalam keadaan dirawat sedangkan isterinya sibuk bersusah payah ke sana ke mari mencari pinjaman biaya perawatan.
Wahai umat Islam ! Kemana hati kita dicampakkan ? Ketika sehat dan segar, ustadz itu tak peduli siang dan malam bahkan hujan dan panas meninggalkan isteri dan anak-anaknya untuk menyampaikan kajian kepada umat. Sekarang ketika tubuhnya mulai rapuh dan kesehatannya mulai menurun, kita dimana ?
Ini saya tulis dengan hati yang duka ketika menjawab pertanyaan seseorang tentang hukum amplop berisi 100.000 rupiah yang diterima seorang ustadz ?
Renungkanlah dan tanyalah hati nurani kita masing-masing !
"kamu ngapain berhijab panjang gitu? mau jadi ustadzah?" | berhijab syar'i bukan cuma ustadzah kali.. semua Muslimah juga diperintah

"kamu mau jadi teroris pake hijab panjang kayak gitu?" | kerudung melabuh ke dada dan jilbab lebar itu perintah Allah dear

"hijab biasa aja kali, nggak usah ekstrim, berlebihan ah" | lho, jadi sekarang kamu merasa lebih tau tentang 'hijab syar'i yang benar'?

"iya, hijab panjang kayak kamu itu nggak menarik" | tujuan hijab memang membuatmu nggak diperhatikan, bukan malah menarik perhatian

"berhijab syar'i kayak kamu itu bikin ribet" | justru simpel, nggak banyak jarum, peniti, bahan, belitan, asesoris, temali, kawat

"tapi ya sesuaikan dengan zaman lah" | menyesuaikan zaman atau mode maksudnya? hijab itu ibadah, menyesuaikan Allah harusnya

"percuma aja hijab syar'i kalo kelakuan masih jelek" | hijab syar'i itu doa, agar Allah juga membenahi akhlak, hargai usaha dear

"aku baru mau berhijab syar'i kalo udah siap" | bersiap itu artinya melakukan bukan menanti, berusaha bukan berdiam

"kantor mana yang mau terima hijab syar'i begitu?" | rezeki itu milik Allah, yang taat pasti dibantu, daripada dapet tapi nggak berkah?

"cowok mana yang mau nikahi yang berhijab syar'i?" | yang jelas bukan cowok-cowok yang kamu kenal, tapi mereka yang mengenal Allah, mau

"aku bakal dijauhi temen-temen kalo berhijab syar'i begitu" | Allah akan ganti dengan temen-temen yang lebih baik, yang mendukung yang baik

"hijab syar'i bikin aku terbatas geraknya" | memang hal baik itu mengajak kita pada yang baik dan menjauhi yang buruk

"hijab syar'i itu nggak gaul" | memang kita bukan untuk digauli, tapi dihormati dan dimuliakan, sebagaimana perintah Allah

"nggak, aku nggak bisa berhijab syar'i" | nggak bisa beda dengan nggak mau, Allah wajibkan pasti kita bisa kalau kita mau

"hijab syar'i itu gimana sih?" | simpel, gamis lebar tak transparan, dipadu kerudung panjang menutupi dada, dan kelakuan tidak berlebihan

"maksudnya gamis lebar?" | pakaian yang tak menampakkan lekuk tubuh, dan diulurkan ke seluruh tubuh, seperti gamis, liat QS 33:59

"maksudnya kerudung panjang?" | kain yang dipakai untuk menutupi kepala, sampai menutup pada keseluruhan dada, liat QS 24:31

"maksud kelakuan tak berlebihan?" | jangan berbuat semua hal yang bakal mengundang perhatian kepadamu, tabbaruj itu, liat QS 33:33

"misalnya tabbaruj?" | baju yang terlalu ribet, gaya foto di-unyu-unyu-in, suara di-kiyut-kiyutin, semua yang menarik perhatian lelaki

"hehe.. sering tuh liat yang begitu" | banyak, haus perhatian lelaki, seneng kalo fotonya dikomen lelaki dengan "subhanallah ukhti.."

"jadi nggak boleh pasang PP diri gitu?" | bukan gitu, cari PP yang nggak undang fitnah aja, kadang tanpa sadar PP kita pilih yang caper

"oh, jadi hijab itu kelakuan juga ya?" | bener, emang mau foto kita didownload, dinikmati cowok sedunia maya? atau jangan-jangan demen?

"wah, susah juga ya berhijab syar'i?" | susah tapi bukan nggak mungkin, selangkah demi selangkah, sadar dan mau taat itu bagian pahala

"terus aku mulai darimana?" | mulai dengan cari komunitas berhijab syar'i, yang paling penting ikut kajian rutin biar pemahamannya naik

"aku masih bimbang" | mulailah melangkah, bimbang akan sirna, lakukan karena Allah insyaAllah mudah, banyak yang sudah kini giliranmu
istri adalah tempat suami mencurahkan segalanya..
Istri sholehah akan mampu menjaganya..
Ia tidak akan menyebarkan dan membuka aib keluarganya

**Rahasia Sukses Perempuan Teladan**



Rasulullah Saw bersabda, sebaik-baiknya wanita ahli surga adalah Khadijah binti Khuwalid, Fathimah binti Muhammad, Maryam binti Imran dan Asiyah bin Muzahim (HR. Ahmad)

Tak ada kesuksesan yang lebih baik dari memperoleh ridho Allah swt. Dan dengan menjalani peran-peran yang berbeda, empat perempuan ini telah mengukir diri menjadi sosok wanita teladan yang sukses meniti hidup mereka di dunia dalamkebenaran hingga mendapat keutamaan di akhirat.

1.Khadijah, di antara kemandirian dan ketundukan
Khadijah binti Khuwailid adalah wanita yang berasal dari golongan terpandang di Mekah. Dia juga merupakan gambaran langka wanita pebisnis sukses. Bekal kebangsawanan, kecerdasan, serta harta perniagaan yang banyak membentuk pribadi Khadijah menjadi sosok yang mandiri, apalagi setelah dia mengalami masa wafatnya dua orang suami.

Ketika menikah lagi, suami ketiganya adalah Muhammad bin Abdullah, pemuda yang baik akhlaknya namun miskin dan jauh lebih muda usianya. Tetapi perbedaan usia dan kekayaan tidak membuat Muhammad menjadi minder atau cemburuan dengan kesuksesan istrinya. Khadijah pun tidak menjelma menjadi istri sok tahu atau besar kepala. Bahkan rumah tangga mereka menjadi rumah tangga yang kokoh, saling topang, saling percaya dan penuh cinta kasih.

Menjelang masa diturunkannya wahyu, Rasulullah mulai sering menyepi di Gua Hira dan bertafakur. Kadang hal ini berlangsung hingga beberapa hari dan untuk keperluan itu Khadijahlah yang mempersiapkan bekalnya.

Begitu pula pada saat misi kenabian pertama kali diterima Rasulullah saw, dan menjadi sebuah pengalaman yang mengguncangkan hati, Khadijah memberikan reaksi supportif luar biasa. Beliau menyelimuti sang suami dengan penuh kasih sayang dan berkata, “Jangan khawatir, bergembiralah, sesungguhnya Allah tidak akan mengecewakan dirimu selamanya. Bukankah engkau adalah orang yang suka menyambung silaturahim, suka memikul beban orang lain, suka memenuhi kebutuhan orang yang tak punya, suka memuliakan tamu dan engkau senantiasa membela kebenaran.”

Khadijahlah orang pertama yang beriman pada Nabiyullah saw. Tak hanya itu, dia juga memberikan dukungan penuh atas beban dakwah yang dipanggul suaminya. Waktu, tenaga, pikiran, dan harta diberikannya bagi dakwah dengan sepenuh ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.

2.Fathimah, anak pemimpin yang tak egois
Sejak balita, Fathimah sudah menjalani hidup yang penuh kesulitan dan cobaan. Pada saat itu dakwah tengah dihadang tekanan kaum kafir quraisy yang tidak hanya menyakiti hati namun juga secara terang-terangan menyiksa fisik Nabi dan umat Islam.
Fathimahlah satu-satunya anak yang belum menikah dan karena itu sangat dekat dengan kedua orangtuanya. Fathimah ikut menjalani masa pemboikotan yang memunculkan penderitaan dan kelaparan dan belum tuntas semua itu dijalani, sang bunda, Khadijah pun meninggal dunia.

Kepergian Khadijah menjadikan hubungan Fathimah dan ayahnya, Rasulullah aaw semakin erat. Fathimahlah yang mengurusi ayahnya hingga dia dikenal dengan julukan Ummu Abiha (ibu dari ayahnya). Beban dakwah yang dulu disharingRasulullah pada Khadijah dengan sepenuh ketulusan kini diambil alih oleh Fathimah.
Penderitaan kaum muslimin berkurang ketika mereka hijrah ke Madinah. Di sini Rasulullah menikah dengan Aisyah dan Fathimah pun tak lagi banyak mengurusi ayahnya. Apalagi tak lama kemudian, Ali melamarnya dan Fathimah pun pindah ke rumah suaminya. Namun kedekatan hubungan mereka masih begitu erat sehingga Rasulullah tak pernah lupa untuk memeluk dan mencium putrinya ini setiap kali Fathimah menemuinya.

Sebagai anak dari pemimpin umat, nabi yang ditaati dan panglima perang yang seringkali memperoleh banyak rampasan perang, Fathimah justru dididik untuk memikirkan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.

Ketika suatu kali, Ali yang tak mampu mengupah seorang pembantu namun sungguh tak tega melihat Fathimah terkelupas kulit tangannya karena menggiling gandum mengajak Fathmah menghadap Rasulullah untuk meminta satu saja tawanan untuk menjadi pembantu mereka, Rasulullah menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan memberikannya kepada kalian sementara orang-orang miskin banyak yang lapar. Maka aku akan menjual tawanan itu dan uangnya untuk mereka.”

Sejak itu, Fathimah pun menjalani hidupnya dalam kondisi sebagaimana yang diajarkan ayahnya, dengan selalu mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri dan keluarganya sendiri.

3.Maryam, tegar di tengah cobaan
Menjadi seorang gadis mihrab berarti menghabiskan hidup dengan beribadah kepada Allah. Dan Maryam binti Imran, di bawah pengawasan Nabi Zakariya, saudara ibunya, selepas masa menyusui tinggal di sebuah mihrab yang tertutup dan terjaga di pojok sebuah masjid di Baitul Maqdis.

Dia tidak pernah keluar dari sana kecuali untuk waktu-waktu yang sangat khusus seperti saat haid, atau saat buang air. Maka, hingga memasuki masa dewasa, ketekunan Maryam beribadah kepada Allah membentuknya menjadi gadis yang terkenal di tengah masyarakat dengan ketaatan dan kesucian diri.

Selama masa ini pula ketika menengoknya Zakariya beberapa kali menemukan ada makanan dan minuman yang unik di mihrab Maryam, seperti buah-buahan yang tidak sesuai musimnya. “Ini semua dari Allah,” jawab Maryam ketika Zakariya bertanya. Maka yakinlah Nabi Zakariya bahwa Maryam tentulah gadis istimewa yang mengemban misi khusus dalam hidupnya.

Misi itu ternyata sangat menggetarkan hati. Sebuah misi yang sangat berat untuk ditanggung perempuan manapun di seluruh dunia. Suatu hari, malaikat datang menghampiri Maryam dan menyampaikan bahwa Allah akan memberinya seorang anak laki-laki istimewa, anak yang kelak akan menjadi seorang nabi. Maryam terkejut tentu saja namun itulah kehendak Allah. Maryam sang gadis mihrab yang suci dan taat beribadah mendapati dirinya hamil.

Kehamilan tanpa seorang suami selalu mengundang fitnah. Tidak terkecuali pada diri Maryam. Ketika perutnya semakin membesar dan desas desus mulai menudingnya melakukan zina, Maryam pun akhirnya meninggalkan Batul Maqdis dan mengasingkan diri ke ke daerah Baitul Lahm.

Sendiri dan kesakitan menjelang masa melahirkan adalah cobaan berat lain bagi Maryam. Belum lagi segala bayangan masa depan yang semakin suram. Membawa anak, dan harus menghadapi cercaan kaumnya. Tak heran bila beban ini membuat Maryam mengeluarkan kesahnya, “Duhai, seandainya saja aku mati sebelum ini dan dilupakan orang…”

Namun Allah tidak menyia-nyiakan ketaatan hambaNya, sehingga difirmankanlah kepada Maryam kalimat-kalimat yang menentramkan dan membuat Maryam yakin bahwa takdir ini adalah sebuah amanah dakwah bagi dirinya sehingga sirna sudah segala kekhawatirannya (lihat keseluruhan kisah di Quran surat Maryam)

Anak yang kemudian dilahirkannya bernama Isa bin Maryam dan dengan tabah Maryam membawanya pulang ke kampungnya untuk menghadapi orang-orang yang mencelanya hingga sang bayi kemudian berbicara dan membela ibunya.

Cerita hidup Maryam berlanjut dengan pelariannya ke Mesir demi melindungi anaknya yang hendak dibunuh Raja negeri Syam. Raja ini mendapatkan bisikan dari para dukunnya tentang seorang anak yang memilki keistimewaan dan bisa membahayakan kedudukan sang raja.

Belasan tahun kemudian Maryam dan Isa kembali ke Palestina dan di sinilah anaknya diangkat menjadi Nabi. Maryam pun kembali menyaksikan hari demi hari ketika anaknya berdakwah dengan susah payah, ditolak, disakiti dan bahkan akhirnya ditangkap untuk dibunuh. Maryam terus mendampingi hari-hari sulit anaknya sebagai seorang penopang dakwah sekaligus penghibur hati anaknya.

Hingga akhirnya, pada suatu hari Maryam mendapati hari-hari bersama anaknya, satu-satunya teman hidup dan belahan jiwanya harus berakhir. Isa bin Maryam Allah angkat ke langit, meninggalkan Maryam yang dengan tabah menghadapi perpisahan itu. Maryam dikabarkan wafat kira-kira lima tahun sesudah pengangkatan Isa ke langit, masih dalam kesendirian namun dengan sepenuh keimanan kepada Allah swt dan kepada anaknya, Isa as.

4.Asiyah, memilih Allah di atas segalanya
Asiyah binti Muzahim adalah permaisuri dari raja Mesir, Firaun yang sedemikian kuat dan berkuasanya hingga berani menyatakan bahwa dirinya adalah Tuhan yang Maha Kuasa.

Tabiat mereka sesungguhnya bertolak belakang, Firaun yang keras dan kasar dan Asiyah yang lembut dan baik budi. Hal itu juga nampak ketika mereka menemukan bayi yang terhanyut sampai ke tempat pemandian kerajaan. Firaun yang sedang mengumumkan permusuhan dengan setiap bayi lelaki dari Bani Israil karena info ghaib para dukunnya bermaksud membunuh Musa as, sang bayi di dalam peti itu. Namun Asiyah mencegahnya dan bahkan dengan hati lapang mengambil sang bayi menjadi anak asuh mereka.

Musa pun menjadi pangeran kerajaan Firaun. Sikap serta perilaku Musa sejak kanak-kanak hingga dewasa sungguh memikat hati bunda asuhnya ini karena tidak pernah menunjukkan akhlak tercela. Maka ketika Musa telah menjadi nabi dan menyebarkan misi ilahiah dengan mengajak manusia menyembah Allah swt, Asiyah adalah satu di antara sangat sedikit orang yang percaya dan beriman pada Musa as.

Keimanan ini memunculkan konsekuensi berat dan pedih. Firaun murka dan memaksa Asiyah menanggalkan keimanannya pada Allah dan Musa. Dari sekedar teguran, ancaman hingga siksaan ditimpakan Firaun pada istrinya. Dari ratu yang mulia, terhormat dan bergelimang kenikmatan hidup, Asiyah pun tersuruk menjadi perempuan yang dinista dan teraniaya.

Namun setaat-taatnya Asiyah pada suaminya, sehebat dan semenarik apapun tawaran hidup suaminya yang pongah dan buta dari kebenaran, Asiyah memilih Allah dan Rasul-Nya.

Abu Hurairah menuturkan bahwa Rasulullah Saw berkata:“Firaun menyiksa Asiyah sementara kedua tangan dan kaki Asiyah terikat kuat. Maka ketika mereka (Firaun dan pengikutnya) meninggalkan Asiyah dalam keadaan amat kepayahan, malaikat pun datang menaunginya. Di saat itu, Asiyah pun berkata: Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di dalam surga. Maka Allah pun memperlihatkan kepada Asiyah sebelum wafatnya, rumahnya di surga.”

Sungguh, Allah tidak pernah menyia-nyiakan amal-amal setiap hamba-Nya.
Ada 3 kaleng Soft Drink, ketiga kaleng tersebut diproduksi di pabrik yang sama. Ketika tiba harinya, sebuah truk datang ke pabrik, mengangkut kaleng-kaleng Soft Drink dan menuju ke tempat yang berbeda untuk pendistribusian.

Pemberhentian pertama adalah supermaket lokal. Kaleng Soft Drink pertama di turunkan disini. Kaleng itu dipajang di rak bersama dengan kaleng Soft Drink lainnya dan diberi harga Rp. 4.000.

Pemberhentian kedua adalah pusat perbelanjaan besar. Di sana, kaleng kedua diturunkan. Kaleng tersebut ditempatkan di dalam kulkas supaya dingin dan dijual dengan harga Rp. 7.500.

Pemberhentian terakhir adalah hotel bintang 5 yang sangat mewah. Kaleng Soft Drink ketiga diturunkan di sana. Kaleng ini tidak ditempatkan di rak atau di dalam kulkas. Kaleng ini hanya akan dikeluarkan jika ada pesanan dari pelanggan. Dan ketika ada yang pesan, kaleng ini dikeluarkan bersama dengan gelas kristal berisi batu es. Semua disajikan di atas baki dan pelayan hotel akan membuka kaleng Soft Drink itu, menuangkannya ke dalam gelas dan dengan sopan menyajikannya ke pelanggan. Harganya Rp. 60.000.

Sekarang, pertanyaannya adalah:

Mengapa ketiga kaleng Soft Drink tersebut memiliki harga yang berbeda padahal diproduksi dari pabrik yang sama, diantar dengan truk yang sama dan bahkan mereka memiliki rasa yang sama.

Lingkungan Anda mencerminkan harga Anda.

Lingkungan berbicara tentang RELATIONSHIP.

Apabila Anda berada dilingkungan yang bisa mengeluarkan terbaik dari diri Anda, maka Anda akan menjadi cemerlang. Tapi bila Anda berada di lingkungan yang meng-kerdil- kan diri Anda, maka Anda akan menjadi kerdil!. Lingkungan Anda, adalah ANDA.

(Orang yang sama, bakat yang sama, kemampuan yang sama) + lingkungan yang berbeda = NILAI YANG BERBEDA!

Barakallah fiikum...

indahnya menikah.. penuh barokah.. ^^


“Sesungguhnya, apabila seorang suami memandang isterinya (dengan kasih & sayang) dan isterinya juga memandang suaminya (dengan kasih & sayang), maka Allah akan memandang keduanya dengan pandangan kasih & sayang. Dan apabila seorang suami memegangi jemari isterinya (dengan kasih & sayang) maka berjatuhanlah dosa-dosa dari segala jemari keduanya”
(HR. Abu Sa’id)

aamiin..